Senin, 07 Februari 2011

Bangkit dari Keterpurukan, Garuda Indonesia menuju Go Public



Jakarta - Garuda Indonesia pernah merasakan masa-masa kejayaannya pada tahun 80-an. Namun masalah demi masalah menimpa maskapai penerbangan milik pemerintah ini. Permah nyaris bangkrut, memiliki hutang menumpuk, sering delay, dan banyak kisah menyedihkan lainnya. Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda Indonesia yang masuk pada Maret 2005 diberi pekerjaan besar untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dan membuatnya bangkit kembali.
Garuda Indonesia menyiapkan berbagai program untuk keluar dari keterpurukan dan kembali ke masa kejayaannya. Sepanjang lima tahun ke belakang yang sangat dramatis, Garuda Indonesia telah melakukan restrukturisasi perusahaan dan transformasi binis. Hasilnya dapat kita lihat sekarang, banyak perubahan di tubuh Garuda Indonesia.
Kultur internal Garuda Indonesia yang dulu merasa "penumpang yang butuh Garuda Indonesia" diubah menjadi customer-centric. Beberapa lapisan struktur organisasi dipotong, agar birokrasi dan komunikasi lebih cepat. Perbandingan jumlah manajer dan staff yang tadinya 1:3,4 (1 manajer memimpin 3,4 staff) sekarang menjadi 1:7. Perubahan ini membuat Garuda Indonesia lebih banyak bisa mendengar langsung dari lapangan.
Beberapa indikator keuangan Garuda Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat menakjubkan. Garuda Indonesia yang pernah merugi lebih dari 800 milyar rupiah pada tahun 2004, akhirnya membukukan keuntungan lebih dari 1 triliun rupiah pada tahun 2009. Hutang Garuda Indonesia pernah mencapai US$ 868 juta pada tahun 2005, sekarang telah turun sangat signifikan menjadi US$ 464 juta pada November 2010, dan telah tuntas direstrukturisasi dengan semua kreditur.
Penumpang juga telah merasakan berbagai perbaikan dari Garuda Indonesia. On time performance (rasio ketepatan waktu penerbangan) pada tahun 2007 hanya di bawah 70%, sedangkan saat ini sudah di atas 90%. Jumlah armada yang tadinya hanya 47 pesawat saat ini sudah mencapai lebih dari 90. Jumlah penerbangan yang tadinya hanya 150-200 penerbangan per hari sekarang meningkat menjadi 311 penerbangan per hari, dengan rute penerbangan yang bertambah, termasuk ke Amsterdam setelah larangan penerbangan ke Eropa dicabut.
Semua perbaikan tersebut berbuah sangat manis. Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan "The World's Most Improved Airlines" pada tahun 2010 dari SkyTrax dan "maskapai bintang empat" dari SkyTrax London. Tidak hanya itu, Garuda Indonesia juga dianugerahkan "Airlines Turnaround of The Year" oleh Centre for Asia Pacific Aviation atas keberhasilannya bangkit dari keterpurukan.
Sekarang, Garuda Indonesia telah sukses bangkit dari keterpurukan. Garuda Indonesia pun telah mencanangkan program "Quantum Leap" yang mentargetkan pada tahun 2015 jumlah armada Garuda Indonesia menjadi 153 pesawat, cost structure yang jauh lebih efisien, dan jumlah penumpang menjadi lebih dari 27 juta penumpang per tahun.
Demi mendukung "lompatan besar" ini, Garuda Indonesia melepas saham baru sebanyak 6,33 miliar lembar atau setara dengan 26,67% dari total modal, dengan harga Rp 750 per lembar. Dengan total dana yang didapat lewat go public yang mencapai Rp 4,751 triliun, Garuda Indonesia akan terus terbang membawa kebanggaan bangsa Indonesia.

Copy     : www.dewantara-online.co.cc
Sumber : detiknews.com

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar